1. Metrik Performa Perusahaan
Metrik adalah sebuah
pengukuran kinerja standar yang memberikan dasar bagaimana kinerja dari
proses-proses dalam supply chain di evaluasi. Pengukuran kinerja ini harus reliable
dan valid. Reliability berkaitan dengan bagaimana kekonsistenan research
instrument. Sedangkan validitas berkaitan dengan apakah variable telah
didefinisikan secara tepat dan representative.
Cara menentukan metrik salah satunya yaitu dengan menggunakan metode SCOR
(Supply Chain Operation Refference Model). Meskipun model SCOR
menyediakan berbagai variasi ukuran kinerja untuk mengevaluasi supply chain,
namun SCOR tidak mengindikasikan apakah ukuran tersebut cocok untuk semua tipe
industri. Karenanya penyesuaian atau kustomisasi terhadap SCOR model terkadang
dibutuhkan. Pemilihan ukuran kinerja yang cocok disini dilakukan untuk tiap elemen proses termasuk untuk
kinerja dari supply chain. Perhitungan dari sebuah metric mungkin tergantung
tidak hanya pada process data item namun juga perhitungan secara detail pada
level yang lebih rendah.
Penjelasan metrik dalam metode SCOR,
dijelaskan pada tabel 1.1
Tabel
1.1 Metrik Level 1 dan Atribut Performa SCOR
Metrik
Level 1
|
Atribut
Performa
|
||||
Eksternal
(Customer)
|
Internal
|
||||
Reliabilitas
|
Responsivitas
|
Fleksibilitas
|
Biaya
|
Aset
|
|
Performansi pengiriman (Delivery performance)
|
x
|
|
|
|
|
Persentase jumlah item yang tersedia, ketika diminta oleh
pelanggan (Fill rate)
|
x
|
|
|
|
|
Leadtime pemesanan (Order
fulfillment Leadtime)
|
|
x
|
|
|
|
Fleksibilitas produksi (Production flexibility)
|
|
|
x
|
|
|
Waktu respon (Response time)
|
|
|
x
|
|
|
Biaya pokok penjualan (Cost of goods)
|
|
|
|
x
|
|
Biaya SCM (SCM cost)
|
|
|
|
x
|
|
Biaya SDM (value added employees cost)
|
|
|
|
x
|
|
Biaya pengembalian (return cost)
|
|
|
|
x
|
|
Waktu antara pembayaran ke pemasok sampai menerima pembayaran
dari pelanggan (cash to cash cycle time)
|
|
|
|
|
x
|
Waktu yang cukup untuk memenuhi kebutuhan akan persediaan bila
tidak ada pasokan lebih lanjut (inventory days of supply)
|
|
|
|
|
x
|
Metrik pada tabel diatas
meliputi Performansi pengiriman (Delivery performance), Persentase
jumlah item yang tersedia, ketika diminta oleh pelanggan (Fill rate), Leadtime
pemesanan (Order fulfillment Leadtime, Fleksibilitas produksi (Production
flexibility), Waktu respon (Response time), Biaya pokok penjualan (Cost
of goods), Biaya SCM (SCM cost), Biaya SDM (value added employees
cost), Biaya pengembalian (return cost), Waktu antara pembayaran ke
pemasok sampai menerima pembayaran dari pelanggan (cash to cash cycle time)
dan Waktu yang cukup untuk memenuhi kebutuhan akan persediaan bila tidak ada
pasokan lebih lanjut (inventory days of suppl). Apabila suatu
reliabilitas dalam suatu perusahaan yang dibangun dengan baik maka tingkat kepercayaan
yang diberikan oleh pelanggan kepada PT. Kopi Lanang. Metrik dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen mulai dari pemasok hingga ke
tangan konsumen.
Metrik reabilitas adalah disini
berkaitan dengan keandalan. Reabilitas
disini meliputi Performansi pengiriman (Delivery performance) dan Persentase jumlah item yang tersedia,
ketika diminta oleh pelanggan (Fill rate). Metrik Responsivitas yaitu yang
berkaitan dengan kecepatan waktu respon untuk setiap perubahan. Metrik Responsivitas disini meliputi Leadtime
pemesanan (Order fulfillment Leadtime). Metrik Fleksibilitas yaitu yang
berkaitan dengan kefleksibelan didalam menghadapi setiap perubahan. Fleksibilitas disini meliputi
Fleksibilitas produksi (Production flexibility), Waktu respon (Response
time) .
Biaya adalah pengorbanan
sumber daya atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang
atau jasa yang diharapkan memberi manfaat di saat sekarang atau di masa yang
akan datang bagi perusahaan. Biaya disini meliputi Biaya pokok penjualan (Cost
of goods), Biaya SCM (SCM cost),
Biaya SDM (value added employees cost) dan Biaya pengembalian (return cost) .
Aset adalah harta
atau sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang berfungsi dalam
operasi perusahaan dan diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi di masa
depan. Macam-macam aktiva diantaranya kas, persediaan, aktiva lancar, aktiva
tetap, aktiva tak berwujud, investasi jangka panjang, dll. Aset
disini meliputi Waktu antara pembayaran ke pemasok sampai menerima
pembayaran dari pelanggan (cash to cash cycle time) dan Waktu yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan akan persediaan bila tidak ada pasokan lebih lanjut (inventory
days of supply). Penjabaran metrik performa rantai pasokan Saung Mirwan
secara keseluruhan dijelaskan dalam tabel 1.2
Tabel
1.2. Tabel Hierarki Metrik Performa Rantai Pasokan Saung Mirwan
Atribut
Performa
|
Hierarki Level Metrik
|
Bilangan
Pembatas
|
||
Level
1
|
Level 2
|
Level
3
|
||
Reliabilitas
|
Performansi pengiriman (Delivery
performance)
|
Kondisi
sempurna
|
Bebas
kerusakan, penyakit, Return
|
-
|
Ketepatan
jadwal
|
Ketepatan
waktu, Ketepatan lokasi
|
-
|
||
Dokumentasi Pengiriman
|
Keluhan dan waktu pembayaran
|
-
|
||
Persentase jumlah item yang tersedia,
ketika diminta oleh pelanggan (Fill rate)
|
%
pemenuhan
|
Ketepatan
jenis, Ketepatan jumlah
|
-
|
|
Kondisi
sempurna
|
Bebas
kerusakan, penyakit, Return
|
|
||
Responsivitas
|
Leadtime pemesanan (Order fulfillment Leadtime)
|
Ketepatan
jadwal
|
Ketepatan
waktu, Ketepatan lokasi
|
-
|
Siklus
make
|
Waktu
penyiapan material, produksi, dan penyimpanan
|
-
|
||
Siklus
deliver
|
Waktu
pengemasan, verifikasi pengiriman, pemuatan barang, transportasi, dan
verifikasi
|
-
|
||
Flekbilitas
|
Fleksibilitas Rantai Pasok
Atas
|
Fleksibilitas
source
|
-
|
20 %
|
Fleksibilitas
make
|
-
|
20 %
|
||
Fleksibilitas
deliver
|
-
|
20 %
|
||
Penyesuaian Rantai Pasok
Atas
|
Penyesuaian
source
|
-
|
30 hari
|
|
Penyesuaian
make
|
-
|
30 hari
|
||
Penyesuaian
deliver
|
-
|
30 hari
|
||
Penyesuaian Rantai Pasok
Bawah
|
Penyesuaian
source
|
-
|
30 hari
|
|
Penyesuaian
make
|
-
|
30 hari
|
||
Penyesuaian
deliver
|
-
|
30 hari
|
||
Biaya
Rantai Pasok
|
Biaya pokok penjualan (Cost of goods)
|
Biaya
Pemasaran
|
-
|
-
|
Biaya SCM (SCM
cost)
|
Biaya
Plan
|
Biaya
forecasting penjualan, produksi,
dan bahan baku
|
-
|
|
Biaya
source
|
Biaya
outsource bunga, biaya manajemen
suplier
|
-
|
||
Biaya
make
|
Biaya
inbound transportation, biaya loss
|
-
|
||
Biaya
deliver
|
Biaya
manajemen pelanggan, biaya penerimaan pesanan, biaya outbound transportation
|
-
|
||
Biaya
produksi (make)
|
Biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya tidak langsung
|
-
|
||
Biaya SDM (value
added employees cost)
|
Gaji
|
Direktur,
Staff dan operasional
|
|
|
Biaya
pengembalian (return cost)
|
Biaya
return
|
Biaya
return produk, biaya return bahan baku
|
|
|
Aset
Rantai Pasok
|
Waktu antara pembayaran ke pemasok sampai
menerima pembayaran dari pelanggan (cash to cash cycle time)
|
Rentang
hari pembayaran utang
|
-
|
-
|
Rentang
hari pembayaran piutang
|
-
|
-
|
||
Waktu yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
akan persediaan bila tidak ada pasokan lebih lanjut (inventory days of
supply)
|
Pendapatan
|
-
|
-
|
|
HPP
|
-
|
-
|
||
Biaya
SCM
|
-
|
-
|
||
Aset
Supply Chain
|
Aset
source, make, deliver
|
-
|
2. SCORcard
Tahap selanjutnya adalah menyusun
kartu SCOR (SCORcard) yang beriisikan
nilai performa dari masing-masing metrik yang telah ditentukan. Penilaian
metrik tersebut bersumber dari data-data yang diperoleh melalui observasi
langsung ke lapangan, wawancara langsung dengan pihak perusahaan yang
bersangkutan, serta dengan menganalisis dari track record perusahaan.
Supply Chain Operation Reference (SCOR) adalah suatu model acuan dari
operasi supply chain. SCOR mampu memetakan bagian-bagian supply chain. Nilai yang ditunjukkan dalam kartu SCOR
tersebut merupakan gambaran atau keadaan saat ini dari kinerja suatu rantai
pasokan perusahaan. Dengan demikian, apabila terdapat beberapa rantai pasokan
produk yang dimiliki oleh perusahaan, maka kartu SCOR harus dibuat sejumlah
dengan banyaknya rantai pasokan yang ada. Tabel 1.3 berikut menjelaskan saluran
penjualan kopi yang dimiliki oleh PT. Lanang yang meliputi penjualan kepada
agen dan pembeli langsung.
Tabel
1.3 Matriks Ruang Lingkup SCOR PT.
Lanang
Matriks
Rantai Pasok
|
Saluran Pasar
|
||
Agen/Retail
Lokal
|
Pembeli
Langsung
|
||
Produk
|
Kopi Macho
|
√
|
√
|
Pada rantai pasokan kopi macho di PT. Lanang
ini rantai pasokan penjualan ke pasar ekspor tidak disertakan karena dalam
proses pemenuhannya, produksi difokuskan untuk memenuhi pesanan lokal yakni
agen atau retail serta kepada pembeli langsung. Hal ini aggar manajemen rantai
pasokan kopi macho dapat berjalan dengan lancar dan perusahaan mendapatkna
nilai positif dikalangan konsumen. Pada tabel 1.4 merupakan kartu SCOR berikut
nilai dari masing-masing metrik.
Tabel
1.4 Kartu SCOR (SCORcard) Rantai Pasok
Kopi PT. Lanang
|
Tinjauan
Metrik
|
Metrik
SCOR level 1
|
Aktual
|
|
Reliabiilitas
Rantai Pasok
|
Kondisi
sempurna
|
90 %
|
Ketepatan
jadwal
|
90 %
|
||
Dokumentasi Pengiriman
|
100 %
|
||
%
pemenuhan
|
90 %
|
||
Kondisi
sempurna
|
90 %
|
||
Responsivitas
|
Ketepatan
jadwal
|
99 %
|
|
Siklus
make
|
152 hari
|
||
Siklus deliver
|
3 hari
|
||
Flekbilitas
|
Fleksibilitas
source
|
50 %
|
|
Fleksibilitas
make
|
50 %
|
||
Fleksibilitas
deliver
|
50 %
|
||
Penyesuaian
source
|
50 %
|
||
Penyesuaian
make
|
50 %
|
||
Penyesuaian
deliver
|
50 %
|
||
Penyesuaian
source
|
50 %
|
||
Penyesuaian
make
|
50 %
|
||
Penyesuaian
deliver
|
50 %
|
||
|
Biaya
Rantai Pasok
|
Biaya
Plan
|
15%
|
Biaya
source
|
15%
|
||
Biaya
make
|
15%
|
||
Biaya
deliver
|
15%
|
||
Biaya
produksi (make)
|
15%
|
||
|
|
Gaji
|
15 %
|
Biaya
return
|
10 %
|
||
Aset
Rantai Pasok
|
Rentang
hari pembayaran utang
|
3 hari
|
|
Rentang
hari pembayaran piutang
|
3 hari
|
||
Pendapatan
|
40 %
|
||
HPP
|
20 %
|
||
Biaya
SCM
|
20 %
|
||
Aset
Supply Chain
|
20 %
|
Faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari luar perusahaan yang berpengaruh terhadap rantai pasok. Dari SCOR card diatas dapat diketahui, faktor eksternal
meliputi Reliabiilitas
Rantai Pasok meliputi Kondisi sempurna dengan
nilai aktual 90 %, ketepatan jadwal
dengan nilai aktual
90%, dokumentasi pengiriman dengan nilai actual 100%, pemenuhan dan kondisi yang sempurna yang masing-masing
memiliki nilai aktual 90%. Dari Responsivitas
meliputi Ketepatan
jadwal dengan nilai aktual 99 %, siklus
make nya selama 152 hari dan siklus delivernya 3 hari. Dari Flekbilitas nya, meliputi fleksibilitas
make, fleksibilitas source fleksibilitas deliver, penyesuain make, penyesuaian
source dan penyesuain deliver yang masing-masing mempunyai nilai aktual 50%. Dari Biaya
Rantai Pasok,
yakni meliputi biaya plan, biaya make, biaya source, biaya
deliver dan biaya produksi yang masing-masing memiliki nilai aktual 15%.
Dari
faktor internal adalah meliputi Aset
Rantai Pasok meliputi rentang hari pembayaran utang dan
piutangyang selama 3 hari, pendapatan 40%, HPP sebesar 20%, biaya dan asset
supply chai yang masing-masing mempunyai nilai aktual 20%
3. Benchmarking
Adalah
suatu proses membandingkan dan mengukur suatu kegiatan perusahaan/organisasi
terhadap proses operasi yang terbaik di kelasnya sebagai inspirasi dalam
meningkatkan kinerja (performance) perusahaan/organisasi. Selain itu, benchmarking
dapat mendorong perusahaan/ organisasi untuk menyiapkan suatu dasar untuk
membangun rencana operasional praktek terbaik perusahaan dan menganjurkan
meningkatkan perbaikan bagi seluruh komponen lingkungan perusahaan/organisasi.
Berikut ini merupakan langkah-langkah proses benchmarking :
|
|||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
Gambar 5.5. Langkah-langkah Proses Benchmarking (Robert, 1989)
Langkah pertama yang dilakukan dalam proses
benchmarking adalah Identifikasi dan dokumentasikan proses, praktik atau
layanan yang akan di-benchmark. Pertama kali sangat penting memastikan bahwa
fokus utama Anda dalam melakukan benchmark. Selanjutnya yaitu mengidentifikasi
perusahaan atau sekelompok perusahaan yang akan menjadi sasaran benchmark
terhadap sejumlah proses tertentu. Ini merupakan proses pencarian dan anggota
tim harus membuat daftar perusahaan potensial yang akan di-benchmark. Lanhgkah
selanjutnya yaitu mengumpulkan dan menyimpan data mengenai perusahaan-perusahaan
yang akan di benchmark, proses ini harus dilakukan baik secara internal maupun
eksternal.
Analisis
data. Dengan menganalisa data akan mengetahui gaps antara praktik perusahaan dengan
perusahaan lain, langkah selanjutnya adalah analisis dan pemahaman mengenai
tren industri untuk melihat seberapa cepat Anda dan kompetitor Anda berubah.
Langkah ini akan menjaga hasil yang akan Anda dapatkan tidak mudah kadaluarsa.
Mengkomunikasikan
hasil benchmarking dan diterima di lingkungan perusahaan. Dengan
mengokunikasikan hasilnya akan meningkatkan kemungkinan untuk diterima oleh
kalangan manajemen yang diharapkan untuk melakukan perubahan dan peningkatan. Setelah
menetapkan pencarian dan strategi mencarinya, tim harus menyampaikan
rekomendasi akhirnya mengenai target dan bagaimana untuk mencapai tingkat
kinerja yang baru.
Langkah
yang paling penting yaitu membuat rencana untuk masing-masing tujuan, rencana
tersebut harus merinci tugas-tugas yang terkait dan mengimplementasikan.
Langkah ini, yang biasanya dilakukan oleh suatu kelompok pengimplementasi dan
para manajer. Dan langkah yang terahir yaitu mengevaluasi dengan memulai
prosesnya sekali lagi, selangkah demi selangkah.
Tabel
1.5 berikut merupakan matriks atribut performa terhadap kebutuhan kompetitif
perusahaan.
Tabel
1.5 Ringkasan Kebutuhan Kompetitif Kopi PT. Lanang
Atribut Performa
|
Performa Banding Kompetisi
|
|
Agen/Retail
Lokal
|
Pembeli
Lokal
|
|
Reliabilitas Pengiriman
|
S
|
A
|
Responsivitas
|
P
|
S
|
Fleksibilitas
|
A
|
A
|
Biaya (Cost)
|
S
|
S
|
Pemanfaatan Aset SCM
|
-
|
-
|
Keterangan:
P
= Parity (rata-rata) A = Advantage (keuntungan) S
= Superior
Penentuan
target performa menjadi status superior, advantage, atau parity adalah
berdasarkan atribut performa mana yang paling dikehendaki oleh konsumen. Dengan
demikian, atribut reliabilitas pengiriman dan responsivitas pada perusahaan
adalah yang paling dikehendaki oleh konsumen. Oleh sebab itu, fokus
pengembangan rantai pasok bunga Saung Mirwan ini adalah pada peningkatan
atribut kedua performa tersebut. Pada tabel 5.11, merupakan SCORcard yang sudah
dilengkapi dengan target yang hendak dicapai beserta estimasi keuntungan yang
didapatkan oleh perusahaan jika mampu mencapai target yang ditetapkan.
Tabel
5.11. Kartu SCOR (SCOR-Card) Performa Benchmark Saung Mirwan
|
Tinjauan
Metrik
|
Metrik
SCOR level 1
|
Aktual
|
Advantage
|
Superior
|
Requirements Gap
|
Estimasi
Nilai (Rp.)
|
|
Reliabiilitas Rantai Pasok
|
Kondisi
sempurna
|
90 %
|
95 %
|
98 %
|
8 %
|
|
Ketepatan
jadwal
|
90 %
|
95 %
|
98 %
|
8%
|
|
||
Doc. Pengiriman
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
0 %
|
|
||
%
pemenuhan
|
90 %
|
95 %
|
98 %
|
98 %
|
|
||
Kondisi
sempurna
|
90 %
|
95 %
|
98 %
|
98 %
|
|
||
Responsivitas
|
Ketepatan
jadwal
|
90%
|
92 %
|
99 %
|
9%
|
|
|
Siklus
make
|
152 hari
|
148 hari
|
144 hari
|
8 hari
|
|
||
Siklus deliver
|
3 hari
|
2 hari
|
1 hari
|
2 hari
|
|
||
Flekbilitas
|
Fleksibilitas
source
|
50 %
|
60 %
|
70 %
|
20 %
|
|
|
Fleksibilitas
make
|
50 %
|
60 %
|
70 %
|
20 %
|
|
||
Fleksibilitas
deliver
|
50 %
|
60 %
|
70 %
|
20 %
|
|
||
Penyesuaian
source
|
50 %
|
60 %
|
70 %
|
20 %
|
|
||
Penyesuaian
make
|
50 %
|
60 %
|
70 %
|
20 %
|
|
||
Penyesuaian
deliver
|
50 %
|
60 %
|
70 %
|
20 %
|
|
||
Penyesuaian
source
|
50 %
|
60 %
|
70 %
|
20 %
|
|
||
Penyesuaian
make
|
50 %
|
60 %
|
70 %
|
20 %
|
|
||
Penyesuaian
deliver
|
50 %
|
60 %
|
70 %
|
20 %
|
|
||
|
Biaya
Rantai Pasok
|
Biaya
Plan
|
15%
|
-
|
-
|
-
|
|
Biaya
source
|
15%
|
-
|
-
|
-
|
|
||
Biaya
make
|
15%
|
-
|
-
|
-
|
|
||
Biaya
deliver
|
15%
|
-
|
-
|
-
|
|
||
Biaya
produksi (make)
|
15%
|
-
|
-
|
-
|
|
||
|
|
Gaji
|
15 %
|
20 %
|
23 %
|
30%
|
|
Biaya
return
|
10 %
|
-
|
-
|
-
|
|
||
Aset
Rantai Pasok
|
Rentang
hari pembayaran utang
|
3 hari
|
2 hari
|
1 hari
|
2 hari
|
|
|
Rentang
hari pembayaran piutang
|
3 hari
|
2 hari
|
1 hari
|
2 hari
|
|
||
Pendapatan
|
40 %
|
45 %
|
50 %
|
55 %
|
|
||
HPP
|
20 %
|
23 %
|
26 %
|
30 %
|
|
||
Biaya
SCM
|
20 %
|
-
|
-
|
-
|
|
||
Aset
Supply Chain
|
20 %
|
-
|
-
|
-
|
|
4. Gap Performa Metrik
Gap performa metrik menunjukkan besarnya selisih antara
kondisi aktual perusahaan dengan kondisi benchmark. Selisih tersebut merupakan
angka yang menerangkan besarnya profit lost pada setiap atribut performa yang
belum dijalankan secara optimal. Profit lost tersebut dapat dikategorikan ke
dalam lost opportunity (hilangnya kesempatan), canceled orders (pesanan yang
dibatalkan), dan market share lost (hilangnya pangsa pasar).
Pada metrik pemenuhan sempurna,
pesanan yang tidak terpenuhi dengan sempurna seperti keterlambatan jadwal dan
jumlah barang dibawah pesanan, dapat menyebabkan pembatalan pemesanan dari
pembeli. Akibat pembatalan (canceled orders) tersebut, perusahaan mengalami kehilangan
keuntungan. Selain itu, pesanan yang sering tidak terpenuhi dengan baik dapat
menimbulkan citra buruk bagi Saung Mirwan yang pada akhirnya dapat menyebabkan
perginya pelanggan atau berkurangnya pangsa pasar yang dimiliki Saung Mirwan
(market share lost). Oleh sebab itu berdasarkan kartu SCOR pada tabel 5.11
diatas, maka Saung Mirwan dituntut untuk meningkatkan kinerjanya pada metrik
ini sebesar 45% agar perolehan keuntungannya dapat maksimal.
Pada metrik siklus pemenuhan
pesanan, pemenuhan pesanan yang terlalu lama membuat pembeli enggan (tidak
jadi) memesan produk yang diinginkannya ke Saung Mirwan. Hal ini menyebabkan
Saung Mirwan kehilangan kesempatan untuk memenuhi pesanan dari pembeli (lost
opportunity). Untuk itu, Saung Mirwan dituntut untuk meningkatkan kinerja
prosesnya dengan memangkas waktu pemenuhan pesanan sebesar 13 hari (abondemen)
dan 21 jam (harian) agar keuntungan yang dapat diperoleh menjadi maksimal.
Pada metrik penyesuaian rantai pasok
atas, ketidaksanggupan Saung Mirwan dalam menghadapi peningkatan pesanan dari
pembeli/pasar menyebabkan Saung Mirwan kehilangan kesempatan untuk memenuhi
pesanan pembeli yang lebih banyak lagi (lost opportunity) dan kehilangan
kesempatannya untuk memperluas atau meningkatkan pangsa pasarnya (market share
lost). Untuk itu, Saung Mirwan dituntut untuk meningkatkan adaptibilitas
peningkatan produksinya sebesar 70% agar keuntungan yang diperoleh dapat
maksimal.
Menerjemahkan nilai gap ke dalam
tindakan aktual adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan karena tidak
adanya aturan baku yang menerangkan hal itu. Untuk itu, nilai gap tersebut
lebih merupakan indikator mengenai gambaran besar tidaknya upaya
perbaikan/pembenahan yang harus dilakukan pada proses-proses di dalam rantai
pasokan Saung Mirwan terkait dengan metrik performa yang dibicarakan. Namun
demikian, dengan teridentifikasinya nilai gap tersebut maka Saung Mirwan dapat
mengestimasi besarnya keuntungan (profit) yang akan diperoleh oleh Saung Mirwan
apabila mampu memenuhi gap performa pada kartu benchmark. Hanya saja, estimasi
keuntungan yang akan didapatkan perusahaan tersebut tidak dihitung di dalam
penelitian ini karena terbatasnya akses pada setiap informasi yang berhubungan
dengan keuangan dan transaksi penjualan Saung Mirwan, disamping memang
dokumentasi yang dilakukan di perusahaan ini tidak lengkap. Untuk itu, yang
dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kinerja rantai pasokannya melalui
analisis yang lebih mendalam pada setiap tahapan proses di dalam rantai pasokan
agar tercipta suatu desain rantai pasokan yang optimal.
.
C. DESAIN RANTAI PASOKAN
Desain rantai pasok ini adalah keputusan
tentang struktur sebuah rantai
pasokan dan proses-proses apa saja yang akan dijalankan pada tiap tahap yang meliputi : lokasi, kapasitas produksi, produk,
transportasi, sistem informasi.
Tujuan
dari pembuatan desain
supply
chain adalah mengurangi biaya supply
chain
yang terdiri dari biaya inventori, transportasi, pendirian dan operasional
fasilitas, serta biaya informasi. Tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan
reliabilitas terhadap permintaan pelanggan. Kompleksitas dari struktur jaringan
rantai pasok dan faktor ketidakpastian lingkungan, merupakan tantangan
tersendiri yang dihadapi dalam mengelola rantai pasok. Oleh karena itu
keputusan pembuatan desain supply
chain memang
tidak bisa diubah-ubah begitu saja. Namun dengan adanya faktor ketidakpastian
dari lingkungan serta perkembangan globalisasi, maka desain supply chain
sebaiknya bersifat fleksibel terhadap berbagai perubahan yang terjadi, baik
perubahan pada nilai variabel ataupun pada batasan. Dengan adanya kemudahan
untuk mengubah desain desain
supply chain, perusahaan akan mempunyai banyak alternatif dalam
mengambil keputusan terkait dengan desain rantai pasoknya
1. Desain Aliran Material (Material Flow)
a). Inisiasi
Aliran Material AS IS
Aliran material AS IS atau AS IS material
flow adalah kondisi yang menggambarkan aliran komoditas (barang) mulai dari
suplier perusahaan hingga ke konsumen perusahaan yang terjadi saat ini (current
state). Inisiasi aliran komoditas tersebut diawali dengan menentukan lingkup
pembahasan aliran komoditas. Setelah lingkup pembasan ditentukan, langkah
selanjutnya adalah melakukan penggambaran peta geografis beserta karakteristik
proses level 2 pada masing-masing titik lokasi, lalu melakukan pengukuran
kinerja atau performa aliran komoditas AS IS menggunakan metrik-metrik yang
telah ditentukan.
Ruang lingkup pembahasan aliran komoditas
meliputi aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan proses PLAN (P), SOURCE (S),
MAKE (M), DELIVER (D), dan RETURN (R). Pada proses PLAN dikaji mengenai aspek
apa saja yang dipertimbangkan oleh perusahaan dalam melakukan perencanaan. Aliran material dapat
dilihat pada gambar dibawah ini. Pada gambar tersebut Proses PLAN dinotasikan dengan
simbol P yang merupakan proses SCOR level1. Kemudian P1, P2, P3, dan P4
merupakan proses SCOR level 2 yang menjelaskan PLAN pada supply chain (P1),
PLAN pada source (P2), PLAN pada make (P3), dan PLAN pada deliver (P4). P1
merupakan perencanaan keseluruhan dari supply chain atau rantai pasok sedangkan
P2, P3, dan P4 merupakan perencanaan pada masing-masing proses. Proses SOURCE,
MAKE, DELIVER, dan RETURN berturut-turut dinotasikan dengan S, M, D, dan R yang
merupakan proses SCOR level 1. Pada SCOR level 2, masing-masing dinotasikan
dengan tambahan angka 1,2, dan 3 yang masing-masing berarti make to stock (1),
make to order (2), dan assamble to order (3). Sebagai contoh S1 yang berarti
upaya untuk pengadaan barang dari suplier adalah berdasarkan target jumlah stok
yang telah ditentukan. Sedangkan S2 berarti bahwa pengadaan suplai barang
dilakukan berdasarkan permintaan pembeli. Sedangkan untuk desain aliran
material dapat dilihat pada gambar 1.0.
Gambar 1.0 : Desain aliran material AS IS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar